Minggu, 07 Juli 2013

Demi Hari

Demi hari hari yang berlalu tanpa tau bagaimana esok dan masa lalu, hanya jalani setiap hari dengan senyum palsu. Karena sesungguhnya aku tersesat, dalam putaran roda kehidupan yang tak pasti, penuh teka-teki yang menjerumuskan jika tak hati-hati memilih. Aku berjuang sebisaku, menjalani sisa hari yang di berikan tuhan untukku. Terus berjalan dalam keterpurukan tanpa ada cita-cita dan harapan yang tersisa dalam hati. Kosong. Jiwa ini kosong tanpa cita-cita dan harapan, tak satupun tersisa semua hilang, semua lenyap, tanpa jejak.

Mengulang waktu tentu mustahil, tapi memperbaiki sesuatu tentu bisa di lakukan, asal dengan niat dan langkah yang jelas. Menjalani hidup ini memang terdakang terasa sangat sulit. Terutama bagi orang lemah, karena dunia ini tak hanya indah, tapi juga kejam dan keras. Tidak cocok untuk orang yang loyo. Dunia tidak akan memberi konpensasi untuk melunak, justru kitalah yang harus lebih keras dan menghadapinya dengan membusungkan dada.

Minggu, 30 September 2012

Bernafas Tanpamu



"kenapa?" tanya indra tak percaya atas apa yang dia dengar barusan.

. . . Rere hanya diam menunduk dan gemetar.

"jawab re, kenapa kamu putusin aku?" desak indra dengan nada melas dan suara parau.


"aku... Rere menahan ucapannya. ...aku di jodohkan" rere melengkapi ucapan yang terhenti tadi.


. . .sekarang indra yang diam, seperti tersambar petir indra terdiam. Tubuhnya terpaku, bibirnya membisu, dan raut muka indra mulai pucat.

"maaf in, ku gak bisa tolak keputusan ayahku. Aku..."

"sudahlah!!" sahut indra menghentikan penjelasan rere.

"jika itu yang terbaik buat kamu, aku trima. Meski hatiku terluka." indra mencoba tegar, meski sebenarnya dia tak rela.

. . .rere memeluk indra tanpa berkata apapun, hatinya terlalu sakit untuk memberinya penjelasan lagi. Tangan rere mencengkram baju belakang indra, air matanya menetes melintasi pipinya dan perlahan turun menetes ke bahu indra.

"sungguh re, ku gak sanggup." suara indra bergetar pilu.

"aku juga begitu in, ku hanya cinta padamu. Tapi keputusan ayah juga tak bisa ku tolak." air mata rere semakin deras mengalir membasahi mukanya.

"ya sudah, kan ku coba mengerti. Hanya itu yang bisa ku lakukan." air mata indra juga mulai menetes, tapi dia buru2 menghapusnya.

"re... Ngapain kamu?" terdengar suara seorang yang memanggil dari tepi taman.

"kak johan?" rere buru2 melepaskan pelukan dan menghapus air matanya.

"ngapain kamu sama dia, ayo pulang. Buang2 waktu aja." cramah kak johan sadis.

" gak perlu bilang gitu, rere juga udah mau pulang." tanggap rere gak trima.

. . .sedangkan indra hanya diam. Karna indra tau, kak johan memang gak suka sama dia.

"ya udah, aku pulang dulu ya in.." pamit rere pada indra yang masih diam.

"hati-hati.." jawab indra tanpa menoleh pada rere.

****

dari sore sampai malam indra masih berdiam di taman, duduk terpaku di bangku taman, hingga dia benar2 lelah dan pulang larut malam. Masih dalam kesedihan.

Dor...dor...dor...
Dor...dor...dor...
Braaaakkk...

gedoran pintu kamar indra yang di sambut manis dengan lemparan sepatu dari sang pemilik kamar. Indra memang tidak suka di bangunkan, apa lagi yang membngunkannya rian, adik laki2 indra.

"bangun orang malas!" triak rian kasar.

"pergi sana bedebah kecil." balas indra gak trima.

" loe yang pemalas..." eyel rian.