Minggu, 30 September 2012

Bernafas Tanpamu



"kenapa?" tanya indra tak percaya atas apa yang dia dengar barusan.

. . . Rere hanya diam menunduk dan gemetar.

"jawab re, kenapa kamu putusin aku?" desak indra dengan nada melas dan suara parau.


"aku... Rere menahan ucapannya. ...aku di jodohkan" rere melengkapi ucapan yang terhenti tadi.


. . .sekarang indra yang diam, seperti tersambar petir indra terdiam. Tubuhnya terpaku, bibirnya membisu, dan raut muka indra mulai pucat.

"maaf in, ku gak bisa tolak keputusan ayahku. Aku..."

"sudahlah!!" sahut indra menghentikan penjelasan rere.

"jika itu yang terbaik buat kamu, aku trima. Meski hatiku terluka." indra mencoba tegar, meski sebenarnya dia tak rela.

. . .rere memeluk indra tanpa berkata apapun, hatinya terlalu sakit untuk memberinya penjelasan lagi. Tangan rere mencengkram baju belakang indra, air matanya menetes melintasi pipinya dan perlahan turun menetes ke bahu indra.

"sungguh re, ku gak sanggup." suara indra bergetar pilu.

"aku juga begitu in, ku hanya cinta padamu. Tapi keputusan ayah juga tak bisa ku tolak." air mata rere semakin deras mengalir membasahi mukanya.

"ya sudah, kan ku coba mengerti. Hanya itu yang bisa ku lakukan." air mata indra juga mulai menetes, tapi dia buru2 menghapusnya.

"re... Ngapain kamu?" terdengar suara seorang yang memanggil dari tepi taman.

"kak johan?" rere buru2 melepaskan pelukan dan menghapus air matanya.

"ngapain kamu sama dia, ayo pulang. Buang2 waktu aja." cramah kak johan sadis.

" gak perlu bilang gitu, rere juga udah mau pulang." tanggap rere gak trima.

. . .sedangkan indra hanya diam. Karna indra tau, kak johan memang gak suka sama dia.

"ya udah, aku pulang dulu ya in.." pamit rere pada indra yang masih diam.

"hati-hati.." jawab indra tanpa menoleh pada rere.

****

dari sore sampai malam indra masih berdiam di taman, duduk terpaku di bangku taman, hingga dia benar2 lelah dan pulang larut malam. Masih dalam kesedihan.

Dor...dor...dor...
Dor...dor...dor...
Braaaakkk...

gedoran pintu kamar indra yang di sambut manis dengan lemparan sepatu dari sang pemilik kamar. Indra memang tidak suka di bangunkan, apa lagi yang membngunkannya rian, adik laki2 indra.

"bangun orang malas!" triak rian kasar.

"pergi sana bedebah kecil." balas indra gak trima.

" loe yang pemalas..." eyel rian.



Braaakk!!!
Sepatu kembali menghantam pintu.

"haduuhh.. Ada apa ini, jangan ribut pagi2." mama indra melerai cek-cok kakak adik yang hampir stiap pagi terjadi.

"iin tu ma, di bangunin malah marah." jelas rian bela diri.

"kalian berdua sama aja.." bentak mama indra.

"ayo in, cepat bangun. Kita harus mengurus surat pindahmu." ucap mama sambil berlalu dari pintu kamar tempat terjadinya perang bersaudara tersebut.

"apa ma, surat pindah...?" sahut indra terkejut.

"papa di pindahkan dari jakarta ke bandung, jadi kita harus ikut."mama menjelaskan.

"gak mau ah, buat apa pindah2n segala. Indra mau di sini aja." indra ngeyel.

"sendirian?"tanya mama ketus.

". . .emm, oke." jawab indra ragu.

"itu merepotkan, sudah. Tidak perlu banyak bicara, turuti saja." saut mama mulai marah.

. . .indra tak bisa berbuat apa2 lagi. Dia kembali masuk kamarnya. Menutup pintu dengan pelan. Dan menjatuhkan tubuhnya di tempat tidurnya, terlentang, lalu menutup wajahnya dengan bantal. Dan yang di ingat, hanya rere. Tak sadar, air matanya mulai menetes membasahi bantal yang ada di atas wajahnya. Lalu dia sadar dan bangkit.
Mengusap air matanya, lalu dengan tegas dia ucapkan.

" aku ingin melupakan rere, dengan pindah dari sini, karna di sini aku terluka." lalu indra mulai mengembangkn senyum dari bibirnya, walau sedikit memaksa, sehingga dia terlihat konyol dengan senyuman itu.

"ahay,, loe in. Anak mama banget, hari gini di anterin." celetuk feri sembari menggepit kepala indra.

"apaan sih loe fer. Gak lucu." jawab indra ketus.

"ya emang gak lucu kale in. Loe kan udah tua, masak masih di anterin." eyel feri tak mau kalah.

"mamaku mau urusin surat pindah! bukan anterin gue. Puas hidup loe?" balas indra, lalu mempercepat langkah meninggalkn feri.

"apa, Loe mau pindah? Wuss tega loe in. Ninggalin sahabat loe yang keren plus di kejar2 cwek ni?" tanya feri yang di ikuti celoteh gak jelasnya.

Indra melirik pada feri, tentu saja lirikan sindiran pait yang di berikan.
"iya loe di kejar2, kan cwek2nya mau nagih utang ma loe.." komplit sudah indra mengolok feri.

Ya itu karna mreka memang begitu sejak pertama ketemu. Awalnya mreka musuhan banget, sampe ahirnya malah jadi teman akrab.

"ah loe sirik aja,, eh tapi bener in kalau loe mau pindah" feri kembali bertanya.

"ntar ja critanya, gue lagi gak mood." jawab indra lesu.

"ya udahlah, ntar crita ya.. Skarang ada panggilan buat pangeran tampan." cengar cengir dan berlalu pergi.

. . .hanya diam

tiba2 indra menghentikan langkahnya, karna seorang gadis berjalan di depannya dari arah yang berlawanan. Tapi gadis itu menunduk ketika akan berpapasan dengannya. Entah karna apa.

"re. . . ??" suaranya lirih memanggil gadis yang berlalu, tepat di sampingnya.

. . .tapi rere hanya diam, lalu dia berlari sambil menutup sebagian wajahnya dengan tangan kanan. Sedangkn tangan kirinya berayun seirama dia berlari. Indra melihat tangan yang berayun tersebut dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"ternyata di pakai." suaranya terdengar berbisik.

Gelang hadiah ulang tahun darinya, yang slama ini hanya di simpan oleh rere. Tapi skarang, di pakai.

"tapi kenapa?" mulai timbul pertanyaan dari benaknya.

"ah,, mungkin hanya sebagai kenang2n saja." indra bergumam sendiri.

Indra berbalik dan melangkah menuju kelasnya.

"celaka!! Gue piket. . ." langsung berlari.

Suasana kelas tenang siang itu, hanya terdengar cuap2 guru yang menerangkan. Tak lama, mereka smua bersorak dan bertriak. Bell tanda berahirnya proses belajar mengajar membuat kelas hidup sesaat. Lalu sepi kembali, saat penghuninya mulai meninggalkan kelas.

"jadi gitu fer..." indra mengahiri crita singkatnya.

Feri manggut2. "jadi sedih gue." katanya sambil pasang muka melas.

"yaah,, apa mau di kata."kata indra acuh dan berjalan kluar.

Gadis itu menunggunya dari tadi, berdiri di depan pintu.

. . .indra bingung mau bilang apa.

"pa bner kamu akan pindah?" tanya rere tiba2.

"tau dari siapa?" indra balik tanya.

"aku tadi ketemu tante, di depan ruang guru."

"ya benar, kami sekluarga akan pindah ke bandung." jelas indra pada rere.

"pacaran jangan di pintu neng..." celetuk feri yang tiba2 nongol.

Tatapan tajam dari 4 mata sekaligus di trima oleh feri.

"uiz,,, oke2 terserah kalian. Gue duluan in." sambil cengar cengir.

Rere menatap indra dengan tatapan putus asa. Sedangkan indra tak berani membalas tatapan rere.

"udah jangan begitu. Skarang kamu kn bukan pacarku lagi." indra melihat mata coklat rere. Tampak cinta dan sayank masih ada untuknya.

"tapi aku..."
Rere tak bisa menahan lagi, dia berbalik dan berlari meninggalkan indra.

"aku juga masih sayang kamu re." suaranya lirih dan pasrah.

Indra juga berlalu pergi dari pintu kelas. Berjalan pelan dan menunduk, begitulah indra.

****

"capek..."
bruuk!!!
Indra roboh di tempat tidur. Dia mulai memutar kembali memori indah saat masih bersama rere. Saat pertama kali dia nembak rere, menjalani hubungan yang slalu di usik kak johan. Sampai smua benar2 menjadi sebuah crita yang menyisakan air mata.

"gk gue sangka bakal kayak gini. Aneh,, cinta itu indah, tapi menyakitkan. Huh... Pengen amnesia. Biar gue bisa lupa smuanya." gumam indra.

Dia memiringkan badannya. Melihat meja blajarnya yang brantakan. Dan dia langsung bangun dan mengambil sebuah bingkai. Foto indra dan rere.

"riaaaaannn!!! kau apakan fotoku?"

"hore udah sampek..." rian bertriak girang.

"wah rumahnya bagus.." puji mama indra sambil melihat-lihat rumah baru mreka.

"huh,, capek, males.." keluh indra yang duduk di teras rumah barunya.

"ayo masuk..." ajak papanya pada indra dan mamanya, sementara rian, udah nylonong masuk duluan.

"duluan aja, nanti indra nyusul." jawab indra yang masih di teras rumah.

"eh ya..." indra merogoh ke dalam saku clananya.

Dia mengangkat benda yang terbuat dari benang dengan lempengan kayu yang terukir namanya.

"ini kenangan terahir darinya. Dan . . ." indra memegang bibirnya.

"tapi seorang di sana telah memilikimu, aku kan berdosa bila merindukanmu."

indra nyanyi?? Tapi lagunya tepat banget sama keadaannya skarang.

"huft..." indra menghela nafas berat.

Saat indra berpaling untuk masuk ke dalam rumah barunya.

"hy..." sapa seorang gadis dari samping mobil.

"oh.. Hay juga." jawab indra mencoba akrab.

"kamu pemilik baru rumah ini ya?" tanya gadis itu membuka percakapan.

"ya, kamu tinggal di komplek ini juga? Sembari mengajak dia duduk di teras.

"he'em pas di sebelah." gadis itu menunjuk ke rumahnya yang sejajar dengan rumah baru indra.

"oh,, tetangga dong?" dengan mmbrikan senyuman renyah, garing, crispi.. (ayam goreng?)

"woy audi, buruan!" triak salah satu temannya dari jalan.

"ya..." audi balas triak.

"udah ya, sampai nanti." pamitnya pada indra.

"Hmm...." memberikan senyuman renyahnya kembali.

Indra masih duduk di teras melihat gadis itu berlari menuju mobil, dengan rambut ikalnya yang terurai.

Gadis itu melambai pada indra, dan indra juga membalasnya.

"lumayan..." katanya pelan.

"lumayan apanya?" tanya papa indra dari pintu.

"dapet tetangga cantik." jawabnya tak sadar siapa yang bertanya.

"adu..duh..." indra memegangi telinganya yang di jewer papanya.

"indra mulai nakal kamu ya?" goda papanya yang masih njewer telinga indra.

"he..he..he.." ketawa indra terdengar konyol.

"ya udah, ayo masuk." ajak papa indra.

"hore udah sampek..." rian bertriak girang.

"wah rumahnya bagus.." puji mama indra sambil melihat-lihat rumah baru mreka.

"huh,, capek, males.." keluh indra yang duduk di teras rumah barunya.

"ayo masuk..." ajak papanya pada indra dan mamanya, sementara rian, udah nylonong masuk duluan.

"duluan aja, nanti indra nyusul." jawab indra yang masih di teras rumah.

"eh ya..." indra merogoh ke dalam saku clananya.

Dia mengangkat benda yang terbuat dari benang dengan lempengan kayu yang terukir namanya.

"ini kenangan terahir darinya. Dan . . ." indra memegang bibirnya.

"tapi seorang di sana telah memilikimu, aku kan berdosa bila merindukanmu."

indra nyanyi?? Tapi lagunya tepat banget sama keadaannya skarang.

"huft..." indra menghela nafas berat.

Saat indra berpaling untuk masuk ke dalam rumah barunya.

"hy..." sapa seorang gadis dari samping mobil.

"oh.. Hay juga." jawab indra mencoba akrab.

"kamu pemilik baru rumah ini ya?" tanya gadis itu membuka percakapan.

"ya, kamu tinggal di komplek ini juga? Sembari mengajak dia duduk di teras.

"he'em pas di sebelah." gadis itu menunjuk ke rumahnya yang sejajar dengan rumah baru indra.

"oh,, tetangga dong?" dengan mmbrikan senyuman renyah, garing, crispi.. (ayam goreng?)

"woy audi, buruan!" triak salah satu temannya dari jalan.

"ya..." audi balas triak.

"udah ya, sampai nanti." pamitnya pada indra.

"Hmm...." memberikan senyuman renyahnya kembali.

Indra masih duduk di teras melihat gadis itu berlari menuju mobil, dengan rambut ikalnya yang terurai.

Gadis itu melambai pada indra, dan indra juga membalasnya.

"lumayan..." katanya pelan.

"lumayan apanya?" tanya papa indra dari pintu.

"dapet tetangga cantik." jawabnya tak sadar siapa yang bertanya.

"adu..duh..." indra memegangi telinganya yang di jewer papanya.

"indra mulai nakal kamu ya?" goda papanya yang masih njewer telinga indra.

"he..he..he.." ketawa indra terdengar konyol.

"ya udah, ayo masuk." ajak papa indra.
"bangun in, hari ini kamu mulai skolah." mama indra buru2 membangunnya sebelum rian yang melakukannya.

"ya..." suara indra masih serak karna ngantuk.

"ma, kak indra udah bangun?" tanya rian semangat.

"udah kenapa?"

"yaah... Gak seru nih." semangatnya xang tadi langsung luntur.

"ngapain tanya2?" celetuk indra dari pintu kamarnya.

"GR amat loe in.." jawab rian ketus.

"eh yang sopan ma kakaknya." tegur mamanya.

"buat apa sopan ma anak jelek itu." rian ngeyel.

"sincan di bilangin, percuma!" sahut indra.

"halah udah2 indra cepat mandi sana." suruh mama, untuk mencegah pertarungan makin sengit.

Rian berlari ke kamarnya, tapi masih sempat dia nyleweng dan memukul nyaris di tempat yang cukup penting.

"heh..." bentak indra pada rian yang langsung masuk ke kamarnya.

****

tiba di skolah, begitu turun dari mobil avansa silvdrnya, indra sudah menjadi pusat perhatian. Indra memperhatikan sekitarnya. Merasa di perhatikan dia menunduk menuju ruang guru untuk mengetahui informasi tentang skolah barunya. Tak lama bell tanda mulainya pelajaran berbunyi.

"mari nak, kita masuk kelas." ajak wali kelas di skolah barunya.

"ya pak, mari." jawab indra ramah.

Berjalan menuju kelas, indra masih menjadi pusat perhatian, banyak anak2 yang melihat dari kelasnya masing2, ataupun yang berpapasan dan mereka berbisik bisik sambil melirik indra yang berjalan bersama pak rudi, guru bahasa indonesia yang di segani. Dan bliau juga wali kelas.
Suasana kelas begitu ramai, ramai seperti pasar.

"woy,, ada pak rudi." kata seorang murid yang tau kedatangan pak rudi.

Begitu pak rudi masuk kelas langsung tenang.

"pagi anak2.."

"pagi pak.." jawab mreka serempak.

"kita kedatangan teman baru dari jakarta." pak rudi menoleh pada indra yang berdiri di sampingnya.

"uih.. Cakep banget." celetuk salah satu murid cewek dari sudut.

"huuuu....." smua menyorakinya. Dan di ikuti dengan tawa yang lepas dari teman2 lainnya.

"sudah2.."
"silahkan perkenalkan nama kamu." suruh pak rudi.

Indra mengangguk

"perkenalkan, nama saya... Indra karina teuku jaya. Biasa di panggil indra."

"uih,, namanya jaim banget!" bisik seorang cewek pada teman sebangkunya yang duduk di depan.

Kelas bagai bergumam. Hanya karna sebuah nama yang baru di dengar.

"saya berasal dari jakarta." lanjut indra memperkenalkan diri.

"apa loe pindah karna kebanjiran?" pertanyaan iseng dari cowok di sudut.

"iya,, rumah gue tenggelem." jawab indra memuaskan anak iseng tadi.

"kasiaaan..." beberapa murid serempak.

"sudah2, ada yang mau di tanyakan pada indra gak?" sahut pak rudi yang menenangkan kelas sebelum jadi ramai kembali.

"udah punya pacar gak?"
cewek di sudut mulai lagi.

"huuu...." kelas mendadak ramai.

Pak rudi tertawa kecil. Namun penuh arti.

"sudah,, kamu makin ngawur aja vi." tegur pak rudi pada cewek di sudut itu.

Pak rudi menoleh pada indra dan mempersilahkan dia duduk.

"ada bangku kosong di sudut, kamu bisa duduk di sana."

"ya pak.." indra beranjak duduk.

"hay bro, gue ricky fabian." sapa anak cowok yang duduk di depan bangku indra.

"eh ya, salam kenal." indra mengulurkan tangan untuk berjabat.

"dan gue tyo pradana, salam kenal." teman sebangku ricky ikut memperkenalkan diri.

"salam kenal juga." jawab indra dengan ramah.

Sementara pak rudi masih sibuk dengan kertas2 yang menumpuk di mejanya.

Indra melihat suasana kelas, yang berisi orang2 baru baginya. Saat melihat dari sudut ke sudut. Lalu pandangannya terhenti di bangku nomer 2 dari depan. Indra melihat tetangga barunya di bandung.

"dia..?"

"siapa?" sahut ricky dari depan.

"em.. Gue gak tau namanya, tapi dia tetangga baru gue." jelas indra.

"yang mana?"

"cewek ikal berkacamata." indra melirik cewek yang di maksud.

"oh... Audi?"

"jadi namanya audi? Tanya indra.

"ya, audia larasati, cewek paling jutek di skolah ini." jelas ricky gak menyenangkan.

"jutek2 juga mantan loe ric" celetuk tyo yang dari tadi diam tapi mendengarkan.

"apaan sih..." ricky ketus.

"Hahaha..." indra dan tyo mentertawakan ricky.

"hy in, tunggu jemputan?" tanya audi dari mobilnya.

"iya, kyaknya bakal telat njemput ni.." jawab inda sambil melihat jam tangannya.

"bareng aja, kita kn searah, tetangga lagi." tawar audi pada indra.

"duh, jadi gak enak." basa basi indra, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"udah jangan banyak omong, masuk aja. Di belakang tapi ya!"

"hmmm, makasih ya sebelumnya."

indra masuk ke dalam mobil yang di kiranya hanya ada audi.

"eh ada..." indra sedikit terkejut.

"ada apa?" sahut audi.

"ada temannya juga." indra masih terkejut dan gugup.

"kamu terkejut ya?" tanya audi dengan tawa kecil.

"iya sedikit, hehehe..."
"nama kamu siapa?" indra mencoba ramah.

"nita" jawabnya ketus.

"satu kelas juga kan?" tanya indra lagi.

"ya" masih ketus.

"rumah kamu di mana?" indra masih berjuang.

"gak di bawa sekolah. Ayo di, ngebut!" kali ini sangat ketus.

Audi mengijak gas lebih dalam sambil tertawa karna dua temannya itu.

"jangan masukin hati in, dia emang kyak gitu ma orang yang belum di kenal, tapi lau udah kenal, sebernya dia baik kok!!" jelas audi yang masih ngebut dengan honda jazznya.

"ih apa'n sih, jangan sok manis deh.." sahut nita tersinggung.

"ga pa pa kok!" jawab indra menahan tawa.

****

_di kamar audi_

"ngapain sih loe tadi ajak dia segala." celetuk nita yang masih kesal.

"kasian kali nit, lagian kan sayang cowok cakep di anggurin gitu aja." jawab audi cengar cengir.

"apa loe kata, cakep? Ih nggak banget deh,, cakepan juga raihan gue.." nita sewot.

"ya iyalah cakepan rayhan, dia kan pacar loe, coba kalo bukan."

"aduh..!!" audi memegang kepalanya.

Bantal mendarat di kepalanya.

"jangan2 loe suka ya ma indra?" tanya nita tiba2.

"eh ngawur loe, ya belum lah. Masih kenal kemaren juga."

"belum kata loe? Jadi bisa . . ." nita memotong kalimatnya. Berharap audi paham maksudnya.

"ya, bisa jadi. Gue gak mau sesumbar dulu nit. Ntar kalau ternyata gue suka, jadi gue gak nanggung dosa" jawab audi sok agamis.

"kalau gue mah gak bakal!" sesumbar nita.

Hari2 di bandung, smua terlewati dengan baik2 saja. Dapat beberapa teman yang seru. Dan satu orang yang membuat indra penasaran.

Hari ini, indra duduk atas pohon rambutan di depan rumahnya. (aneh banget ya?) tapi ya begitulah, indra emang aneh. Dia hanya diam di phon rambutan, entah melamunkan apa.

Rian tiba2 kluar dari rumah dan melihat sandal di bawah pohon rambutan. Tentunya itu sandal milik indra.

"sandal..?" rian memungutnya.
Melihat ke atas, dan melihat anoman di sana.

Duk...
"aduh!?" indra hampir saja jatuh. Gara2 sandal terbang yang merusak lamunannya.
Indra melihat ke bawah dan melihat rian cengar cengir membawa sandal yang satunya.

"heh kurang ajar loe!!!" bentak indra kesal.

"eh ada monyet to di sini?" ejek rian dengan wajah gaya sincan. (mangkanya ma indra di panggil sincan)

indra melemparkan sandal yang tadi langsung di tangkapnya.

Rian menghindar, tapi karna indra nglemparnya juga asal. Jadi "plaaak..." mendarat tepat di muka sincan rian.

"huwaaaa....." tangisan rian meledak.

"kebetulan yang luar biasa" gumam indra tanpa kasian sedikitpun.

"rian kenapa?" tanya audi yang nongol tiba2.

"mo..monyeet... Hiks...hiks..." T_T

"monyet?" audi bingung dan melihat ke atas pohon.

Indra melihat mereka yang di bawah dengan santai.

"indra?" audi benar terkejut dan menahan tawanya.

"oh... Itu to monyetnya?"
"gak pa pa, monyetnya gak gigit kok" lanjut audi, dengan muka makin merah menahan tawa.

"emang gak gigit kak, tapi nimpuk pake sandal" rian tambah kesel.

"ya udah, rian masuk aja ke rumah. Ntar monyetnya kakak hajar" bujuk audi.

Meskipun rian sudah terlalu besar untuk di bohongi, tapi rian nurut dan masuk rumah.

"loe kebangetan in." kata audi dengan tawa geli.

"biarin, tu anak emang iseng banget" indra jutek.

"trus ngapain juga loe di situ?"

"gak ada, gw pengen ngadem aja" indra mendramatisir dengan menghirup nafas sambil merem2.

"asik juga" audi langsung manjat.

"eh loe bisa manjat?" indra gak percaya.

"Hehehe... Gw gtu" sombongnya.

"serasa monyet" kata audi yang menggoyang goyangkan tangkai pohon yang dia duduki.

"eh..eh.. Jangan di goyang2, ntar patah pohonnya.

"loe takut ya in?"

"ya jelas, loenya begitu" jawab indra sambil berpegang kuat.

Hehehe... Audi hanya tertawa melihat tingkah indra.

"eh loe kan temen akrabnya nita, bisa loe kasi tau gw tentang dia?" tanya indra menylidik.

"hm,, loe suka ya ma nita?" audi balik tanya.

"eng enggak! Gw cuma pengen tau aja, ko' bisa dia jutek gitu ma gw.

"hm... Emang gitu sih sifat dasarnya nita, tapi sebenernya dia baik" jelas audi pada indra.

"anu... Apa dia udah punya em.." tanya indra ragu.

"udah, cowok paling keren di skolah" jawab audi datar.

"loe kecewa?" tanya audi, yang memang melihat ekspresi indra.

"enggak kok, biasa ja" indra berusaha menghilangkan ekspresinya.

"eh gelang loe bagus juga in, mana liat"
audi dengan ganasnya menyahut tangan indra.

"itu kenangan" kata indra dan mencoba tersenyum.

"wah terukir nama loe lagi"
"dari siapa?" tanya audi setelah memutar mutar tangan indra.

"dari mantan gw"

"enak ya nyimpen kenangan gini?, Lok gw mah tambah sakit" tanya audi dengan wajah berpaling.

"memang sakit, tapi gw menghargai yang ngasih, meskipun dia mantan gw" jelas indra.

Indra menatap gelang itu dalam2.

"ternyata loe tipe cowok setia" puji audi.

"ah bisa aja loe!" muka merah indra tanda malu.

"trus kenapa loe putus in ma mantan loe itu?" tanya audi lagi.

"dia di jodohin" jawab indra lirih.

"loe masih sayang ya in ma mantan loe?"

indra mengangguk pelan

"kenapa gak loe kejar trus"

"apa mau di kata audi.. Dia di jodohin" jelas indra lagi.

"klo gitu emang gak bisa kata apa2, hehehe..." balas audi garing, mencoba mengembangkan senyum indra.

"heh2 ngobrol kok di pohon, turun2" kata papa indra yang tiba2 di bawah pohon tempat mereka nangkring.

"eh, ya pa bentar" jawab indra malu dan cengar cengir.

"eh om, hehehe..."
audi malah salting karna papanya indra.

Sedangkan papanya indra hanya geleng2 melihat mereka turun.

Pagi itu di sekolah sudah ramai, di kelas juga sudah pada gosip. Terlihat ricky dan tyo yang sibuk garap PRnya di bangku mreka.

"eh in sini deh.." panggil audi dari bangkunya.

"ada apa?" tanya indra santai.

"besok kan sunday, gimana kalau loe ikut ke danau?" ajak audi.

"danau? Di mana itu?"

"udah deh ntar loe juga tau" jawab audi bikin penasaran.

"ok deh kalau gitu, gue ke sana dulu ya!" indra berlalu pergi.

"PR loe gimana? Tanya ricky pada indra yang baru saja menyentuhkan pantatnya di bangku.

"udahlah" jawab indra singkat dan bangga.

"wah! Pinjem dong!" pinta ricky semangat.

"gue udah yang nomer 1 ma 2 doang" jawab indra sambil mengluarkan bukunya.

"ah.. Sialan loe!" kata ricky kesel.

"santai, bentar lagi masuk kok!" celetuk tyo yang senyum2 karna PRnya sudah selesai.

Teeettt....
Teeettt....
(anggap saja bunyi bellnya seperti itu)

"tuh kan, aduh.. Mana gue kurang banyak lagi" kata ricky tergopoh gopoh menylesaikan PRnya.

"pak rudi dataaang...!!!" seru murid yang lari masuk kelas.

"tamat deh gue!" kata indra yang masih terus ngerjain PR.

"pagi anak2..."

"pagi pak..." sahut murid2 serempak.

"nah PRnya di kumpulkan, ketua kelas!" kata pak rudi sambil melihat nita, sang ketua kelas.

Nita mulai merazia PR, dan di mulai dari sudut.

"mana PR loe!" pinta nita sadis.

Lalu lanjut ke depan.

"ayo PR-PR, serain cepet" nadanya ramah.

Indra melihat nita yang ramah mengambil PR.

"kenpa galaknya cuma di gue?" gumam indra putus asa.

"mungkin dia takut suka ma loe" sahut tyo tiba2.

"ada2 aja loe tu" indra sedikit malu.

"ricky, indra maju ke depan!" triak pak rudi.

"mampus deh gue!" kata ricky menepuk kepalanya.

"tenang gue temenin" sahut indra sambil menepuk pundak ricky.

"kalian ini.." pak rudi geleng2 melihat mereka maju dengan wajah tanpa dosa.

"hehehe... Maaf pak, khilaf" kata ricky cengengesan.

"kalau saya memang belum bisa pak.." indra mencari cari alasan.

"sudah sekarang kalian berdiri dengan satu kaki dan jewer telinga masing2 sambil melet!"


"ayo in, buruan!!" triak ricky dari mobil.

"ya ya! Ini juga udah buru2!"

"udah tinggal aja" kata nita sewot.

Semua mata tertuju pada nita.

"apa?" kata nita merasa di kepung.

"maaf ya lama.." celetuk indra yang langsung masuk mobil.

Audi langsung saja tanjap gas dan melesat cepat ke tujuan.

"sayang ya reyhan gak bisa ikut" kata audi melirik nita.

"ngapain sih loe ngomongin dia? Sahut nita cepat.

"lah.. Kan pacar loe?"

"emang, tapi maha sibuk!" jawab nita jutek.

"udah2, nita makin monyong aja tu" tyo berkomentar.

"bener, kita kan mau happy2, ya gak di?" Ricky menambai.

Audi hanya mengangguk, sedang indra dan tyo saling bertatapan dan tertawa geli.

"apaan sih.." ricky yang tersinggung mencubit pinggang kedua temannya itu.

****

"ah.. Sampai juga!"
smua berhambur kluar dari mobil.

"idih,, keren banget!"

"kesana yuk!" ajak audi pada indra.

"astaga, panas banget ya ric!" sindir nita.

"apa sih.." jawab ricky ketus.

Tawa meledak dari nita dan tyo yang di depan ricky.

"eh gimana kalo kita naik prahu aja" usul audi pada teman2nya.

"wah boleh juga tuh!" jawab ricky spontan.

"ya udah tunggu apa lagi, ayo!" ajak tyo.

Setelah mendapat sewaan prahu, mereka langsung meluncur ke tengah danau, prahunya tidak terlalu besar, tapi cukuplah untuk 5 orang.

"ayo2 dayung yang semangat!" kata nita pada para cowok.

"nita, hati2 jangan banyak gerak!" kata indra memperingatkan nita yang dari tadi heboh jutek juga heboh.

"emangnya kenapa? Brisik!" jawab nita acuh.

"eh loe di ingetin ko' jawabnya gitu!" sahut audi membela indra.

"ih kenapa sih loe belain dia trus, loe suka ya?" jawab nita ketus plus nyolot.

"kok malah nyolot sih?" balas audi.

"udah2, jangan ribut di sini" tyo menengahi.

"loe sih gara2nya" nita menunjuk nunjuk indra.

"ya deh maaf" jawab indra mengalah.

Smua diam.
Kembali menikmati suasana danau, tapi entah karna keasikan atau apa, tiba2.

BYUUURRR!!!
AAAAAAA.....

"nita..."
"nita..."
"nita..."
"aduh, gimana ini?" triak audi panik.

"TOLOOONGG!!!"

Toloonggg...
Toloonggg...

"aduh gimana ni, kalian tolong nita dong" audi makin panik.

"gue gak bisa renang!" kata ricky yang ikut panik.

Audi menoleh ke arah tyo.

"sama aja, gue gak bisa renang!" tyo yang berusaha mendayung mendekati nita.

Byuuurrr...!!!
indra melompat masuk ke air.

"ah sial, dia pingsan!!" kata indra yang langsung mempercepat kayuhannya untuk menggapai nita.

"bawa kesini in.." triak tyo cemas.

"dia pingsan, bantu angkat!" pinta indra tergesa.

Setelah nita berhasil di angkat dan terbaring di prahu, indra lekas naik juga ke prahu.

"trus gimana nih?" tanya ricky.

"ya ke tepi dodol" sahut tyo sembari mendayung untuk ke tepi.

Sementara itu.

"gimana nih in?" tanya audi yang masih panik.

"tak ada cara lain lagi"
indra langsung menutup hidung dan membuka mulut nita yang pingsan. Dia memberikan nafas buatan seperti yang pernah di plajarinya di pramuka dulu.

"masih belum!?" indra mulai cemas.

"audi, tolong tekan dadanya!" printah indra sigap.

"hah??" ricky tersentak dan menoleh ke arah nita.

"jangan mikir yang enggak2 deh! Dayung aja terus!" seprot audi kesel.

Uhuuk..!!
Uhuuk.. Uhuuk..

Indra langsung menjauh.

"nita.." sementara audi langsung memeluk nita yang tampak pucat.

"syukurlah.." kata ricky dan tyo serempak.

Nita melihat baju indra yang basah. Lalu melihat wajah indra dengan rasa bersalah.

"apa loe yang slametin gue?" tanya nita dengan suara yang serak dan getar.

Indra yang dari tadi diam sambil memperbaiki nafas terburu karna lelah, mengangguk saja.

"tanks" kata nita datar, tapi udah gak jutek.

"ya"

"duh in, kalo aja gak ada loe, gak tau deh gimana jadinya!" kata audi yang masih memeluk nita.

"iya in, kalo aja gak ada loe, skarang nita ni pasti udah..."

"huuusss...!!!"
Semua serempak.

Plaaakkk!!
"aduh.."

sandal jepit tipis yang lumayan keras mendarat mulus di kepala ricky.

"ngomoh jangan ngawur!" kata audi sedikit marah.

"maaf2.." sesal ricky melas, sambil mengelus kepalanya.

"ya udah, skarang pulang"

"ke kantin yuk!" ajak audi pada ricky dan tyo.

"ok, loe yang byar kan?" tanya tyo semangat.

"maunya.." balas audi dan ricky serempak.

"gue ikut boleh kan?" tanya indra yang sibuk ngetik sms.

"ya udah yuk, dah laper!" audi menarik tangan ricky, yang di kiranya tangan tyo.

Sementara indra dan tyo melihat mereka gandengan tertawa geli.

"cie.. Audi, balikan ni ye.." kata teman ricky dari kelas lain.

Audi menoleh pada orang yang di gandengnya.

"waaa!!! (kaget) kenapa loe diem ja?" tanya audi yang dengan buru2 melepaskn tangannya.

"emmm..." ricky menggaruk garuk kepalanya.

"kalian juga kenapa diem aja?" audi ganti menyemprot indra dan tyo.

"gue kira emang niat loe" jawab tyo cengengesan.

Sambil berjalan ke kantin mereka trus ribut.

"mbak baksonya empat ya!" ricky memesan dan segera duduk.

"eh nita mana?" tanya indra pada semua.

"ekh'mm..ekh'mm.. Duh belum makan kok udah kesedek sih?" celetuk ricky sambil melirik tyo dan cengar cengir.

Mereka bertiga tertawa penuh arti. Sedangkan indra, wajahnya merah karna malu.

"dia tadi di panggil ma pak rudi, gak tau kenapa?" jawab audi.

"ini baksonya" kata mbak ina mengantarkn pesanan.

"makasih mbak" jawab tyo semangat.

Kayaknya dia emang lagi kelaperan banget.

"da emangnya?" tanya audi pada indra.

"apanya?" indra balik tanya.

"ya loe tadi tanya2 nita kenapa?" jelasnya keras.

"ga pa pa, cuma pengen tau aja" jawab indra terbata.

"gak mungkinlah, pasti ada maksud lain" tanya audi menylidik.

"bener kok, gak da pa pa" jawab indra makin terbata.

"udah2, gue mau tanya" kata ricky langsung menelan pentolnya.
"gimana rasanya in?" lanjut ricky.

"baksonya enak kok" jawab indra polos.

"maksud gue bukan itu!" ricky menekan intonasinya.

"tapi..
Smua melihat ke arah ricky.
...bibir nita?" lanjutnya pelan.

"Uhuuk.."indra tersedak.
"Bruuh.." tyo malah sengaja menyemprotkan minumannya ke wajah ricky.

"sialan loe!!" bentak ricky kebasahan.

"maaf, gue kaget" jelas tyo.

"jadi gimana in, enak ya? Tanya ricky lagi.

"emmm"

"ke kantin yuk!" ajak audi pada ricky dan tyo.

"ok, loe yang byar kan?" tanya tyo semangat.

"maunya.." balas audi dan ricky serempak.

"gue ikut boleh kan?" tanya indra yang sibuk ngetik sms.

"ya udah yuk, dah laper!" audi menarik tangan ricky, yang di kiranya tangan tyo.

Sementara indra dan tyo melihat mereka gandengan tertawa geli.

"cie.. Audi, balikan ni ye.." kata teman ricky dari kelas lain.

Audi menoleh pada orang yang di gandengnya.

"waaa!!! (kaget) kenapa loe diem ja?" tanya audi yang dengan buru2 melepaskn tangannya.

"emmm..." ricky menggaruk garuk kepalanya.

"kalian juga kenapa diem aja?" audi ganti menyemprot indra dan tyo.

"gue kira emang niat loe" jawab tyo cengengesan.

Sambil berjalan ke kantin mereka trus ribut.

"mbak baksonya empat ya!" ricky memesan dan segera duduk.

"eh nita mana?" tanya indra pada semua.

"ekh'mm..ekh'mm.. Duh belum makan kok udah kesedek sih?" celetuk ricky sambil melirik tyo dan cengar cengir.

Mereka bertiga tertawa penuh arti. Sedangkan indra, wajahnya merah karna malu.

"dia tadi di panggil ma pak rudi, gak tau kenapa?" jawab audi.

"ini baksonya" kata mbak ina mengant`rkn pesanan.

"makasih mbak" jawab tyo semangat.

Kayaknya dia emang lagi kelaperan banget.

"da emangnya?" tanya audi pada indra.

"apanya?" indra balik tanya.

"ya loe tadi tanya2 nita kenapa?" jelasnya keras.

"ga pa pa, cuma pengen tau aja" jawab indra terbata.

"gak mungkinlah, pasti ada maksud lain" tanya audi menylidik.

"bener kok, gak da pa pa" jawab indra makin terbata.

"udah2, gue mau tanya" kata ricky langsung menelan pentolnya.
"gimana rasanya in?" lanjut ricky.

"baksonya enak kok" jawab indra polos.

"maksud gue bukan itu!" ricky menekan intonasinya.

"tapi..
Smua melihat ke arah ricky.
...bibir nita?" lanjutnya pelan.

"Uhuuk.."indra tersedak.
"Bruuh.." tyo malah sengaja menyemprotkan minumannya ke wajah ricky.

"sialan loe!!" bentak ricky kebasahan.

"maaf, gue kaget" jelas tyo.

"jadi gimana in, enak ya? Tanya ricky lagi.

"emmm"
"em, ya gue gak tau, waktu itu kan panik. Jadi gak sempet ngrasain" jawab indra kikuk.

"jadi kalo sempet, loe rasain?" sambung nita.

"iya"jawab indra datar.
"eh, maksudnya, gak juga.." jelas indra gugup.

Hahaha...
Tawa meledak dari tyo dan ricky.

Indra memang sering tledor dalam pembicaraan, jadi dia cocok sekali dengan istilah, MULUTMU HARIMAUMU.

"hai guys, ngomongin apa sih? Seru banget" tanya nita yang tiba2 nongol.

"ada deh.." jawab ricky yang masih tertawa.

"wah panjang umur ni cewek, baru di omongin langsung nongol" batin indra.
(hebat ya, penulisnya? Sampe tau suara batinnya juga, hehe)

"eh di, loe ntar bisa temenin gue ke toko buku gak? Gue di suruh pak rudi nih.." tanya nita dan penjelasnya.

"bukannya gak mau, tapi loe tau ndri gue ntar da les nari" jelas audi.

"apa? Loe nari?" sahut tyo.
"masak sih" sambung ricky.
"waw!!" tambah indra.

"duh keceplosan" sesal audi menepuk keningnya.

"kalo loe ric?, loe yo?" tanya nita lagi.

"maaf kita sibuk" jawab ricky.
"yoi nit"di sambung tyo.

"lha reyhan?" tanya audi.

"huh,, katanya dia mesti rapat" jawab nita lesu.

"ada yang belum di tawarin nih" kata tyo melirik indra.

Dengan sigap ala tentara, indra menginjak kaki tyo.

"eh ya, gimana kalo kamu in?" tanya nita malu2.
Inget kalo dia slalu jutek ma indra.

"tentu bisalah..." serobot ricky.
"yoi, ya kan in?" sambung tyo.

"eh gue gak tanya kalian ya!" seprot nita dengan kelebihannya (jutek).

"ya deh, gue bisa. Tapi gak ada motor atau mobilnya" jawab indra sambil menatap nita ragu.

"ya gak pa pa, naik speda juga bisa. Gue ada sepeda kok" jelas nita.

"iya, biar makin romantis" kata ricky, dan pasti cengengesan.

"ok, udah positif. Ntar jam 3 ya in" kata nita sambil berlalu pergi.

"tunggu nit, ikut!" triak audi, meski tidak terlalu keras.

"gue juga deh" indra buru2.
"ya ya, gue juga!" tyo mengikuti.

"lha trus gue gimana? Yang bayar juga siapa?"

"ya eloe!!!" jawab indra dan tyo serempak.

"mas2, ayo jangan kabur, bayar dulu!"mbak ina nyamperin ricky.
Nanti jam 3 sore indra akan anterin nita ke toko buku. Tentu saja membuat indra senang, karna indra memang tertarik pada nita. Itu membuatnya sibuk skarang. Bukan apa apa, tapi ngaca sejak pulang sekolah tadi.

"wah gak nyangka gue seganteng ini" puji indra pada dirinya diri.

"walah.. Kok narcir banget gue ya?"
hahaha... Indra tertawa melihat dirinya di cermin.

"ih dari tadi loe ngaca mulu nyet?" celetuk riyan yang tiba2 nylonong masuk ke kamarnya.

"heh sini deh" panggil indra dengan nada lembut.

"tumben gak marah" gumam riyan pelan.

Indra langsung menarik tangan riyan dan menghadapkannya ke cermin.

"nih liyat wajah loe! Kyak sandal putus gini" olok indra begitu sadis dan membunuh.

"enak aja, loe yang kyak monyet!" riyan gak trima.
"lepasin nyet!" sambung riyan menarik tangannya.

Begitu indra melepaskannya, riyan langsung ngacir kluar kamar.

"monyet gilaaa.." tak lupa triakannya.

"waduh, kok udah jam segini? Gue keasikan ngaca" kata indra yang terburu buru.

****

"ayo in, cepet!"triak nita yang masih nangkring di sepedanya.

"ya ya!" indra langsung cabut.

Dalam perjalanan mereka membisu, seperti olimpiade diam. Bahkan sampainya di toko buku juga masih diam. Mungkin indra takut kalo2 nita jutek lagi.

"bantu nyari dong!" pinta nita mengernyitkan keningnya.

"eh ya ya baik" indra tampak konyol dan kikuk.

Setelah agak lama mencari.

"ini !!" mreka serempak ingin mengambil dan, tangan mereka bersentuhan.

"eh jangan pegang2!" nita langsung menarik tangannya.

"maaf, ku juga gak sengaja" indra menggaruk garuk kepalanya.

"ya udah, mana bukunya" pinta nita.

Indra memberikan tanpa kata.
Saat nita berpaling, dia melihat arjunanya dari dinding kaca toko buku. Dan parahnya dia sedang menggandeng cewek lain, teman 1 kelasnya. Nita langsung berlari nyamperin, tapi mereka keburu masuk mobil dan pergi. Nita yang kecewa karna kebhongan reyhan dan sakit karna di duakan. Nita meneteskan air mata dan memeluk indra yang di sampingnya. Indra heran dalam diam.
(^^, dlm hti.
"kita duduk dulu di sana?" indra menawari.

nita mengangguk. Dan langsung merobohkan sepedanya seenaknya.

"Lho?" indra terpaku sejenak, lalu indra menyandarkan sepeda nita di pohon di belakang mereka duduk.

"makasih ya in" kata nita dengan senyum yang redup.

"kamu gak pa pa nit?" tanya indra dengan prasaan.

"ya pa pa lah, cowok gue selingkuh!" jawab nita ketus.

"trus gue musti ngapain coba?" sambung nita dengan menggoyang goyang tubuh indra.

"ya, putusin aja" jawab indra seenaknya.

"ngawur loe?" bentak nita spontan.

"kan saran, lagian kalo udah begitu emang mendingan di tinggalin. Karna dia bakal susah brubah" kata indra sok penasehat.

"tapi kan smua orang punya kesempatan ke 2" nita ngeyel tak trima.

"tapi nit, reyhan cowok paling keren di skolah, pasti banyak cewek yang suka ma dia" indra terus berusaha.

"loe tau apa tentang rey?" tanya nita sedikit membentak.

"ya, aku gak tau banyak tentang dia, kan aku juga anak baru di sekolah" indra mulai bingung harus gimana lagi.

Nita diam dan menunduk, rambutnya terurai menutupi wajahnya.

"tapi keputusan ada di tangan kamu kok nit" lanjut indra ragu.

"liat ja entar" jawab nita geram, lalu dia menggemgam kepalan kuat.

Buukk...
aduh!?
"kenapa kamu mukul aku nit?" tanya indra kesakitan.

"maaf, gue kesal banget!" nita merasa bersalah.

"aduh, sakit" indra menggosok gosok lengannya.

"duh, maaf ya in? Loe yang jadi korban!" sesal nita yang langsung ikut mengelus lengan indra dengan lembut.

Indra menatap nita dalam2. Tangan indra dan nita kembali bersentuhan di lengan indra.

"eh, keenakan banget loe?" nita tersadar dan menarik tangannya.

Hehehe... Indra tertawa renyah.
Lalu nita mengikuti, ikut tertawa bersama indra.

"makasih ya in, gue udah agak lega sekarang"

"karna mukul aku ya?" tanya indra berlaga polos.

Nita cuma tersenyum manis, manis sekali meski agak maksa.

"pulang yuk, dah hampir magrib" ajak indra semangat.

"besok gue putusin tu cowok brengsek" geram nita.

"yeeesss!!!" triak indra dalam hati.
"nita...!?" panggil reyhan dari pintu kelas.

"kebetulan, gue mau cari loe!" sahut nita jutek.

"kenapa? Kangen ya?" tanya reyhan GR level MAX.

"ya, kangen banget" jawab nita menyeringai.

PLAAAKK!!!
tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan sang ketua osis.

"Aww.. Wah.. ada apa? ada apa? Ih kenapa sih? Bla bla bla.." suara2 brisik dari para penonton adegan tersebut bersahut sahutan.

Reyhan memegangi pipinya. "ada apa?" tanya reyhan tanpa dosa.

"KITA PUTUS!!!" nita membentak.

"suara2 kembali menyeruak"

"apa? Kenapa?" reyhan bingung dan malu, karna di putusin di depan banyak siswa. Apa lagi dia cukup berpamor di sekolah.

"tanya aja ma diri loe sendri" nita makin memanas. Lalu dia pergi meninggalkan keramaian di depan kelasnya.

"nit tunggu!" reyhan mengikuti nita.

Reyhan mencoba menggait tangan nita yang berayun saat berjalan.

"jangan ikuti gue!!" bentak nita sembari menolakkan tangannya.

"kok gitu nit? Kenapa?" reyhan ngeyel bertanya lagi.

"gue mau ke toilet!!!" nita menghadap ke arah reyhan dan menantang mata elang reyhan.

"pergi sana! Loe udah bukan siapa2 gue" usir nita kasar.

"mana bisa? Ini namanya keputusan sepihak, gue gak setuju" jawab reyhan tegas.

"apa pas loe selingkuh butuh persetujuan gue ha?" nita kembali memanas.

"kamu tau?" kata reyhan lirih tak percaya.

"permainanmu memang hebat reyhan, halus dan mulus. Tapi sayang, loe K.O dalam permainanmu sendiri" cerocos nita dan dia kembali melangkah.

Reyhan diam membisu, dia tampak pucat dan berkeringat. Tampak konyok dan bodoh. Di tonton puluhan murid di koridor sekolah.
Reyhan krisdiyantara yang di segani, skarang menjadi reyhan sang pecundang cinta.

"ironis sekali reyhan.. Memalukan!" audi menambahi hinaan nita.

"tunggu nit!" triak audi sambil berlari kecil menghampiri nita.

Di toilet, di depan cermin persegi panjang. Nita melihat raut mukanya pucat, berkeringat, dan gemetar. Tak di sangka smua berahir seperti ini.
nita memegang keningnya.

"sudahlah, keputusan kamu benar kok!"

"ya"
Sudah beberapa hari sejak putusnya nita dan reyhan. Dan sejak saat itu indra terus berusaha mencuri hati nita.

"hay nit, ngapain sendiri di situ?" tegur indra membuyarkan smua lamunan nita.

"gak ada tuh, iseng aja" jawab nita lesu.

"kamu sakit ya? Kok lemes gitu? Pucet lagi mukanya" tanya indra yang sudah duduk di dekat nita.

"kayaknya sih begitu" nita melihat indra dengan tatapan sayu.

"maaf ya" indra menyentuh kening nita dengan lembut.
Nita membalas dengan tersenyum.

"kamu emang agak panas nit" kata indra menggeser duduknya lebih mendekati nita.

"gue tau maksud loe" kata nita yang bersandar di dada indra.
"kenapa muka loe merah gitu?" kata nita tersenyum simpul.

"a apa iya?" jawab indra gagap.

"jantung loe juga berdebar gak karuan gini"

hehehe.."terang saja, gue kaku banget" batin indra.

"udah yuk ke kelas?" kata indra tiba2.

"ya deh, tapi ke UKS dulu ya, gue mau minta obat" kata beranjak dari sandaran di dada indra.

Indra mengangguk saja. Lalu mreka ke menuju ke kelas.

"oh.. Jadi anak baru ini yang kamu pilih sebagai penggantiku?" celetuk seorang dari belakang.

"mungkin, kalo dia emang memenuhi syarat" jawab nita ketus begitu dia mendengan suara orang tadi. Nita mengenali suaranya, reyhan.

"emang apa hebatnya dia, dia cuma anak baru yang cupu" hina reyhan pada anak baru yang di maksud, indra.

"jaga ucapanmu ketua osis!" jawab indra dengan mimik muka yang santai.

"oh, loe gak trima anak baru? Trus loe bisa apa?" kata reyhan semakin menyombongkn dirinya.

"jangan pernah remehkan orang, ketua osis" indra mulai mengernyitkan keningnya.

"udahlah in, jangan di tanggapi. Ayo!" nita menarik tangan indra, jemarinya meremas pergelangan indra karna geram.

"eh banci, gue tunggu loe sepulang sekolah nanti" gertak reyhan sambil menunjuk nunjuk indra dan nita yang menghiraukannya.

"itu merepotkan!! Tapi ok lah, tunggu aja" indra melmbaikan tangannya tanpa menoleh pada reyhan seolah kepalanya menguapa karna cemburu. Padahal reyhan sudah tak pantas cemburu.
"eh kenapa muka loe in?" tanya ricky yang berpapasan dengan indra di depan pintu kelas.

"oh ini, maklum lah cowok" jawab indra menepuk pundak ricky.

"jadi sama loe, hebat juga ya loe bisa habisin reyhan" puji tyo mengelus kepala indra.
Indra hanya tersenyum mendengarnya.

"loe kelahi ma reyhan?" tanya ricky gak percaya.

"indra..."
"ya nit, ada apa?" jawab indra polos.

Nita melihat indra keheranan. "bagaimana bisa reyhan tak mungkin kelahi sendri, dia pasti kroyokan bareng teman2nya"

"malah bengong" kata ricky menyadarkan nita.

"eh..oh.. ya udah, sukur deh kamu gak pa pa" nita kembali kebangkunya.

"di kok bisa ya, indra cuma memar dikit di mukanya. Padahal reyhan bonyok2 gitu" tanya nita pada audi yang sedang baca buku.

"awalnya gue juga heran, tapi stelah gue tau kalo papanya indra itu mantan master tekondo gue jadi gak kaget lagi. Mungkn kalo di pengajaran indra juga udah setingkat master" terang audi menutup bukunya. "tapi asal loe tau aja, luka indra bukan cuma di muka itu" sambung audi.
Nita tertegun mendengarnya.

"dimana?" tanya nita heran.

"di dada, reyhan pake senjata tajam. Ada luka sayatan di dada indra.

"apa iya?" nita langsung glabakan menuju bangku indra.

"kamu kena luka sayat ya?" tanya nita dengan sdikit prihatin.

"oh, tau dari mana?" indra memegang dadanya.

"apa tidak apa2?"
"gak kok, udah di obati ma audi" indra melihat audi yang duduk di bangkunya.

"oh, oke deh" kata nita berlalu dengan tangan mengepal. Indra tau itu tanda kalo nita geram.

"wah kemajuan nih" kata tyo mengejutkan indra.

"apa?" tanya indra dan ricky.

"hade, ternyata kalian lola ya. Apa loe gak nyadar, sejak kapan nita panggil indra 'kamu'. Trus pas pagi2 kemaren, nita juga sandaran di dada loe kan?" cerocos tyo menjelaskan.

"masak sih?" tanya ricky semgangat.

"loe tau dari mana?" tanya indra mengenai kejadian kemaren pagi.

"gue liat sendri"

"wah.. asik dong, apa loe dapat lagi?" kata ricky cengar cengir.

"apa?"
muach muach.. Ricky memonyongkan bibirnya.


Sejak tragedi perkelahian indra vs reyhan, reyhan dan gengnya sudah tidak terlalu eksis lagi. Ya mungkin karna smua perhatian menjadi milik indra yang telah membuyarkan eksistensi reyhan karna kesalahan reyhan sendiri. Dan smua itu menjadi makin lengkap dengan nita yang makin lengket dengan indra. Sementara ricky yang terus berusaha mendapatkan cintanya kembali.
(gak bosen2 tu anak)

"selamat pagi.." sapa indra hangat.

"udah jangan pagi2an, ni PR banyak banget. Aku akan sangat bertrima kasih" cerocos ricky sambil menyodorkan bukunya.

"ogah amat, punya gue aja juga banyak yang belum slesai" tolak indra yang langsung sibuk mengerjakan PRnya.

****

"duh capek juga berdiri satu kaki slama 2 jam" keluh indra.

"halah, begini aja. Gue udah byasa tu!" sombong ricky.

"dasar loe ric, kesalahan di banggain. Aneh!" indra mengkritik.

"dari pada gak ada yang di banggain in, hahaha.."

"mangkanya lain kali rajinan dikit ngapa, msak tiap ada PR slalu kena strap" kata audi yang tiba2 udah berdiri di belakang mreka.

Mreka sedikit tersentak kaget oleh audi. "ah kamu, ngagetin aja" kata indra dengan tempo agak cepat.
Audi hanya tersenyum simpul.

"nita mana?" tanya indra. Yang memang sudah di duga oleh audi dan ricky.

"lha tyo mana?" audi balik tanya.

"dia sakit" "nita mana di?" indra menyambung cepat pertanyaannya.

"dia lagi. . ." kalimatnya terpotong.

"lagi. . .?" indra mengulang laginya audi yang trpotong"

"emm. . Lagi di toilet, iya di toilet nitanya" jawab audi terbata. "udah dulu deh, aku masuk kelas duluan y, da!" pamit audi buru2 dengan mata berpancar kecewa.

"audi aneh banget!" kata indra heran.

"kenapa audi bohong" gumam ricky.

"apa?" tanya indra tentang gumaman ricky.

"eh, enggak! Ini lo, esnya anget!" jawab ricky sekenanya karna kaget.

"Hahaha. . . Gila loe, mana ada es anget hahaha. . ." kata indra yang tertawa sampe merah karna ucapan gila ricky.

"emang gue bilang gitu ya? Hahaha. . ."

indra yang tak tahan, tertawa sampai mencengkrami perutnya.
"duh capek juga gue" kata nita yang merebahkan tubuhnya di kasur empuk audi.

"yah asikin aja! Di balik kesusahan pasti ada kemudahan" ucapan audi sok ustadzah.

"ah berat ucapan loe di" kata nita sambil mendaratkan bantal di kepala audi.

Sejenak keduanya tertawa, meringankan lelah sepulang sekolah.

"eh nit, gimana dengan indra? Apa loe siap jika.." "maksud loe?" potong nita dengan sigap.

"ayolah nit, loe gak bisa bohongin gue. Kita dah shabatan sejak kecil gue tau banget tentang loe. Loe juga udah ada rasa kan ma indra?" jelas audi pada nita. Tatapan tajampun sejenak tertuju padanya. Sedangkan nita masih membisu dengan fantasi di otaknya.

"eh, malah bengong?" audi sedikit membentak sehingga membuyarkan fantasi nita.

"eh.. emm, anu.. Apa tadi?" jawab nita tergagu karna kaget.

"hmm.. Gak jadi deh, besok aja" kata audi dengan nada sesal.

****

huft.. Bruuk.. "capek banget kakiku, guru t`di memang keterlaluan masak gak ada toleransinya dikit" gumam indra yang merobohkan dirinya di kasur. Menatap langit2 kamarnya dengan warna yang melambangkan ketenangan. Lalu pandangannya turun ke dinding kamarnya dengan poster2 kartun dan beberapa musisi. Dan matanya mulai terasa berat, tubuhnya mulai lemas, dan dia menguap. Matanya mulai terpejam dan alam bawah sadarnya mulai menguasai. Di antara sadar dan tidak, indra melihat seorang wanita melangkah menjauh darinya. Dan saat wanita itu berjalan lebih jauh tiba2 terasa sangat dekat dengan sangat cepat, tapi masih dengan posisi membelakangi indra.

"kamu siapa?" tanya indra dengan lembut. Tapi wanita itu tak menjawab.

"nama kamu siapa?" indra bertanya lagi, masih dengan lembut. Sedangkan wanita itu tetap diam, tapi dia mulai memalingkan mukanya ke indra. Saat telah benar2 berhadapan, indra terpaku di antara mimpi dan sadarnya. Karna wanita yang tadi melangkah menjauh adalah wanita yang indra kenal.

HWAAAA...!!! Indra langsung membuka mata dan bangkit dari tidurnya. Lalu duduk di tepi kasur dengan wajah pucat.

"hanya mimpi"
"eh tumben kalean tadi gak d strap?" tanya nita cengingisan.

"ya tadi kan gak ada PR" jawab ricky yang masih lahap memakan bakso"

"oh begitu ya" nita melirik audi yang memandangnya manis.

"tapi sial juga, karna gk di strap gue jadi gak bisa liatin nita" batin indra.

"nit gimana?" bisik audi.

"tenang aja" jawab nita dengan pelan.

"in, aku mau ngomong empat mata ma kamu" kata nita yang bangkit dari duduknya.

Indra tampak bingung dan sangat pasif dengan apa yang di dengarnya. Fantasinya dengan cepat menguasai kepalanya.

"ayo!" nita langsung menarik tangan indra.

Ricky yang di tinggal bersama audi tampak kaku. Matanya menatap ke arah audi seakan mengharapkan sesuatu darinya.
"jangan liatin gue begitu rick" audi membuang muka.

"ma maaf, tapi sejak saat itu aku masih mengharapkan kita bisa berduaan lagi" kata ricky yang terus memandang audi.

"sorry ya rick, tapi gue rasa loe bodoh jika masih mengharapkan gue. Gue udah pernah sakiti loe, harusnya loe benci gue rick. Dan itu memang pantas" tempo audi semakin mendatar.

"aku gak bisa benci ma kamu di, karna kamu udah pernah memberikan cinta padaku. Jadi aku gak bisa benci padamu" ungkap ricky yang tertunduk meratap.

****

"ada apa nit, kayaknya penting banget?" tanya indra sok polos. Padahal jantungnya berdegup kencang dan darahnya berdesir memanas.

Sejenak nita diam dan menatap indra dengan tajam, dan bibirnya gemetar. Indra tampak keheranan.

"kenapa? Ada masalah lagi?" tanya indra lembut.

"pertama aku minta maaf karna dulu ku sangat kasar sama kamu. Tapi sejak kejadian di danau, aku merasa ada yang beda. Aku jadi gampang grogi tiap dekat kamu. Apa mungkin karna nafas buatan itu? Dan lebih lagi kamu orangnya mengerti aku dengan baik. Tapi aku tunggu2 kamu lama banget ungkapkannya. Jadi sebelum terlambat. Aku jatuh cinta padamu in".

Indra hanya terpaku mendengarnya, mukanya memerah. Lalu perlahan indra mengangguk dan berkata I LOVE YOU TOO NITA.

Dengan semangat 45 indra memeluk nita dengan sangat erat.
Hampir tengah malam, pukul 11:53 WIB. Lampu kamar indra masih menyala, menandakan bahwa indra masih terjaga.

"duh kok belum ngantuk ya gue, kepikiran nita terus. Tambah lagi prasaanku gak enak sampe dadaku terasa sakit" gumam indra yang menatap langit2 kamarnya.
Indra melihat ke mejanya dengan deretan botol2 parfum dari yang lokal sampe yang impor. (bukan maksud sombong)

"gak ada yang salah, smua lengkap. Eh?" indra melihat lihat dan menemui sebingkai foto yang dulu pernah mengisi hatinya. Di ambilnya bingkai itu, indra menatap dalam2 wajah wanita dalam foto bersama dirinya. Lalu di letakkan dalam pelukannya sejenak sampai ahirnya di taruhlah foto tersebut dalam laci mejanya.
Indra tersenyum dan kembali menempatkan dirinya dalam posisi yang nyaman untk bermimpi.

****

"duh hampir telat!" celetuk indra bergegas duduk.

"eh audi, kamu duduk di sini, lha nita mana?" tanya indra yang clingukan mencari nita.

"dia gak masuk in, dia nitip ini buat kamu" audi menyerahkan amplop warna pink ke indra.

"surat?" kepala indra penuh tanda tanya. Lalu indra membuka amplop itu.

" to: my honey
indra, aku cinta dan sayang banget ma kamu. Tapi sayangnya cinta kita tak bisa bersatu. Aku harus pergi in, mungkin saat kamu membaca surat ini aku udah ada di Amerika, aku di suruh papaku buat study di Alerika. Maafkan ya in jika ini membuat kamu kecewa. Tapi yang terpenting aku dan kamu sama2 mencintai, dan semoga slalu begitu. In sekali lagi maafkan aku ya? Aku juga sangat bersedih atas ini. Jangan lupakan aku ya in.

I LOVE U INDRA. . ."

indra terdiam sejenak dengan mimik muka yang nanar.
"rasa ini, firasat itu, mimpi, sama seperti dulu" suara indra terdengar berbisik. Dan air matanya menetes membasahi surat perpisahannya.
Indra pun berlari menghambur kluar dari kelas. Ricky dan audipun mengikutinya. Indra berlari kluar gerbang dengan rasa kesal.

awaaass!!!

Sejenak sempat terlihat lampu mobil berkedip dan. . .

Hujanpun menetes bersedih atas peristiwa yang tragis tersebut.
the end...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar